Wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Wahai Anak-anakku, sesunguhnya di hadapan kalian terpampang dua pilihan. Apakah kalian hidup berkecukupan namun ayahmu masuk neraka, ataukah kalian dalam keadaan fakir namun ayahmu masuk surga.

Pada tanggal 5 Rajab 101 H / 2 Februari 720 M, terdengar kabar bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz berpulang ke rahmatullah dalam usia yang sangat muda yaitu 39 tahun, dunia islam larut dalam kesedihan ditinggal seorang pemimpin terbesar dalam pemerintaha bani umayah itu.

Hidup khalifah Umar bin Abdul Aziz ini memanglah sangat singkat karena Allah sangat merindukannya karena beliau adalah seorang alim dan ahli ibadah, dan memang ia berbeda dengan kebanyakkan khalifah Bani Umayyah, Di masa pemerintahannya semua aspek berjalan lancar, aman, makmur, dan sejahtera. Ia sendiri memilih jalan kehidupan yang sangat sederhana dan mengabdi sepenuhnya kepada rakyat. Benarlah kata Nabi SAW, "Sayyidul qawmi akhiruhum syurba" - pemimpin suatu kaum adalah orang terakhir yang menuang minum. maksudnya sebagai pemimpin dia mendahuluka kepentigan rakyat daripada kepentingan dirinya sendiri.

Abu Hafzhah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abi Al-'Ash bin Umayyah bin Harb lahir di Halwan Mesir, pada tahun 61 H / 681 M, tatkala ayahnya ditunjuk menjadi amir. semasa kecil ia telah hafal Al-Qur'an, kemudian oleh ayahnya dikirim ke madinah untuk belajar disana dan berguru pada Ubaidillah bin abdullah bin utbah bin mas'ud untuk memperdalam ilmu Al-Qur'an.

Setelah ayahnya meninggal, pamanya Abdul Malik bin marwan memintanya datang ke damaskus untuk dinikahkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Fathimah, kemudian dia diangkat menjadi Gubernur. Kemudian dia diangkat menjadi khalifah pada tahun 93 H / 712 H, beliau memang berencana untuk kembali ke negeri syam tahun, dan pada tahun 99 H . 178 beliau diangkat menjadi Khalifah.

Sepanjang menetap di madinah untuk menuntut ilmu agamanya, ia adalah seorang sosok umara yang gemar ilmu dan tampak kealimannya. Dalam bidang periwayatan hadits dari anas, As-Sa'ib bin yazid, Yusuf bin Abdullah bin salam, Khalifah binti hakim, dan sahabat lainnya. Dari golongan tabi'in ia menerima hadits dari Ibnu Al-Musayyab, Urwah, Abu Bakar bin Abdurrahman, kemudian mengajarkannya pada kalangan tabi'in lainnya, seperti Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Bakar bin Abdurrahman, periwayatan ini dapat dilihat pada salah satu karya yang berjudul Musnad Umar bin Abdul Aziz.

Para ulama berpendapat bahwa umar bin abdul aziz adalah seorang yang alim dan berperan penting dalam periwayatan Hadits, ia memerintahkan para ulama di berbagai daerah agar menulis hadits-hadits yang ada di daerah mereka masing-masing. lalu meriwayatkan hadits tersebut agar tidak hilang dengan meninggalnya para tabi'in tersebut.

Ibnu Abdil Hakam menceritakan sebuah kisah di akhir kehidupan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam kitabnya Sirah Umar bin Abd Al-Aziz, "Menjelang wafatnya khalifah umar, maslamah bin abdul malik masuk kekamarnya dan berkata "Wahai amirul mukminin, sesungguhnya tuan melarang anak-anak tuan mendapatkan harta yang ada ini. maka alangkah baiknya jika tuan mewasiatkan padaku atau orang yang tuan percaya diantara keluarga tuan."

ketika Maslamah selesai berbicara, Umar berkata "tolong dudukanlah aku" selanjutnya berkata "Sungguh aku mendengar apa yang engkau katakan, wahai Maslamah. Adapun perkataanmu bahwa aku menghalangi anak-anakku untuk mendapat bagian harta, sebenarnya, demi Allah, aku tidak menghalangi sesuatu yang menjadi hak mereka. Namun aku tidak berani memberikan harta yang memang bukan hak mereka. Adapun yang kau katakan sesungguhnya wasiatku untuk anak-anakku hanyalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab dengan benar, Dia-lah yang melindungi orang-orang shalih.

Ketahuilah, wahai Maslamah, anak-anakku hanyalah satu di antara dua kemungkinan, apakah dia seorang yang shalih dan bertakwa sehingga Allah akan mencukupi mereka dengan karunianya dan dia menjadikan jalan keluar bagi kesulitan mereka. Ataukah ia anak durhaka yang berkubang dengan maksiat, sedangkan sekali-kali aku tidak mau menjadi orang yang membantu mereka dengan harta untuk bermaksiat kepada Allah."

Setelah itu ia berkata"panggilah anak-anakku kemari."

maka dipanggilah anak-anak Amirul Mu'minin yang berjumlah belasan anak.

begitu melihat mereka, meneteslah air mata khalifah Umar seraya berkata, "Aku tinggalkan mereka dalam keadaan miskin, tidak memiliki apa-apa."

ia menangis tanpa bersuara, kemudian menoleh ke arah mereka dan berkata. "wahai anak-anakku, aku telah meninggalkan kepada kalian kebaikan yang banyak, sesungguhnya ketika kalian melewati seorang muslim atau ahli dzimmah (penduduk non muslimah yang tunduk pada pemerintahan islam), mereka melihat bahwa kalian memiliki hak atas mereka. Wahai anak-anakku sesungguhnya di hadapan kalian terpampang dua pilihan. Apakah kalian hidup berkecukupan namun ayahmu masuk neraka, ataukah kalian dalam keadaan fakir namun ayahmu masuk surga. Aku percaya, kalian lebih memilih ayah kalian selamat dari neraka daripada kalian hidup kaya raya.

Ia memperhatikan mereka dengan pandangan kasih sayang seraya berkata "Berdirilah kalian, semoga Allah menjaga kalian, Berdirilah kalian semoga Allah melimpahkan rizqi kepada kalian"

Lalu Maslamah menoleh kepada sang khalifah berkata"Aku memiliki sesuatu yang lebih dari itu, Amirul mu'minin"

"Apakah itu, wahai maslamah?"

"aku memiliki 300.000 dinar. aku ingin menghadiahkan kepadamu, lalu bagilah untuk mereka (anak-anakmu), atau sedekahkanlah jika tuan menghendaki.

"apakah engkau ingin yang lebih baik lagi dari usulmu itu, wahai Maslamah?"

"apakah itu wahai Amirul Mu'minin?"

"Hendaknya engkau kembalikan barang itu diambil dari siapa, karena engkau tidak memiliki atas barang tersebut."

maka meneteslah air mata Maslamah seraya berkata "Semoga Allah merahmatimu, wahai Amirul Mu'minin, saat hidup ataupun sesudah meninggalmu. Sungguh engkau melunakkan hati yang keras di antara kami dan mengingatkan yang lupa diantara kami. Engkau akan senantiasa menjadi peringatan bagi kami."

Sejak peristiwa itu, orang0orang mengikuti berita tentang anak-anak Umar sepeninggalnya. Mereka melihat, tak seorangpum di antara mereka yang hidup miskin dan meminta-minta.

Dalam kitab Hilyah Al-Auliya karya Abu Nu'aim, diceritakan, Muhammad bin Ma'bad menceritakan bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirimkan beberapa tawanan muslimin. Maksudnya, ia berusaha menjalin hubungan baik dengan tetangganya, Kekaisaran Romawi.

Ibnu Ma'bad mengisahkan, "suatu hari, saat aku keluar istana, Kaisar sedang duduk diatas hamparan tanah dengan perasaan berduka dan sedih. Maka aku pun bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi, paduka?"

Kaisar balik bertanya, "Apa engkau tidak tahu apa yang telah terjadi?"
"Apa yang telah terjadi?"
"Seorang lelaki shalih telah meninggal dunia."
"Siapa?"
"Umar bin Abdul Aziz, Seandainya ada orang yang dapat menghidupkan orang mati setelah Isa bin Maryam, tentu dia akan menghidupkan Khalifah kembali."

kemudian sang kaisar berkata lagi, "Aku tidak kagum dengan pendeta yang menutup pintu rumahnya, menolak kehidupan dunia, kemudian menyendiri untuk beribadah. Akan tetapi aku merasa kagum dengan orang yang saat dunia berada di kedua telapak kakinya, ia menolaknya, kemudian hidup menjadi seperti pendeta."

Demikianlah, khalifah yang shalih ini telah meninggalkan pesan yang kuat bagi umat ini, baik sebagai pribadi, pemimpin, maupun ulama yang penuh dengan kewara'an dan keikhlasan.

Facebook

Spotify

Youtube Channel