Kisah Pernikahan Sayyidatina Khadijah RA.

Sayyidatina Khadijah RA. adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang paling dicintainya, beliau adalah sosok wanita karir yang sukses, memiliki harta dan pengaruh yang kuat pada zamannya, maka tidaklah heran jika beliau bergelar Sayyidatina Khadijatal Kubra yang artinya besar, seorang wanita pembesar yang memiliki kedudukan.

Khadijah adalah seorang janda yang pernah menikah dua kali, pada pernikahan pertamanya dengan 'Atiq bin 'Aidz beliau tidak memiliki anak, sedangkan di pernikahan keduanya dengan Abu Halah beliau dikarunia seorang anak namun tidak berumur panjang.

Kisah ini berawal dari paman Nabi Muhammad yakni Abu Thalib yang sangat menyayangi keponakkannya ini seperti anaknya sendiri, namun kemiskinan cukup menyulitkan kondisi Abu Thalib, maka untuk membantu menopang ekonomi Abu Thalib menawarkan kepada Muhammad untuk bekerja membantunya.

Maka berangkatlah Abu Thalib kepada Khadijah, karena beliau merasa bahwa Khadijah adalah orang yang mempunyai harta yang sangat banyak dan perdagangan yang cukup sukses, beliau menawarkan Muhammad untuk dijadikan karyawannya dan membantu berdagang ke negeri syam dengan upah dua ekor unta, dikarenakan reputasi Abu Thalib dimata Khadijah sangat baik, dan juga Nabi Muhammad dikenal sebagai orang yang rajin, cerdas, dan jujur, maka Khadijah tidak keberatan memberikannya upah lebih dari dua unta.

Waktu berjalan lambat laun mebuat Khadijah sangat gembira dengan dengannya dan perlahan kemudian mulai menyukai sosok pemuda bernama Muhammad ini, kejujurannya, manis dalam bertutur, membuatnya banyak disukai orang dan membawa keuntungan yang melimpah karena banyak orang yang suka berdagang dengan dirinya, bahkan rekannya Maisarah yang ikut berdagang dengan beliau merasakan keajaiban yang dibawa Muhammad seperti jarak yang terasa dekat waktu melakukan perjalanan, kemudian awan mendung yang selalu memayungi, sampai sebuah ramalan seorang rahib bernama Buhaira yang meramalkan akan datangnya seorang nabi yang telah dijelaskan dalam kitab injil dan taurat, dan ciri-ciri itu sangat cocok dengan Muhammad.

Hingga suatu hari kedukaan menghampiri Khadijah dengan meninggalnya Ayah tercinta, kemudian anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal datang melipur laranya dan dia berkata bahwa hidup ini bukan akhir segalanya, Allah memberikan pahala atau hukuman menurut amal masing-masing umat. Dan Ayah Khadijah menurut Waraqah termasuk orang yang beruntung sebab dia adalah orang yang baik.

Mendengar itu Khadijah berkata "kenapa kau tidak sampaikan hal ini kepada orang-orang agar hanya berharap kepada Allah dan berhenti menyembah berhala", lalu Waraqah menjawab "Ini bukanlah tugasku, akan datang nanti seorang Nabi akhir zaman yang telah diceritakan dalam kitab-kitab sebelumnya, dialah yang kelak akan menyampaikan petunjuk ini."

Kemudian Khadijah teringat akan perkataan Maisarah mengenai Muhammad, kemudian Waraqah meyakinkan jika memang itu benar maka kelak dialah Nabi umat kita. Semakin menjadi-jadi perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad, sosok yang rajin, cerdas, shalih, dan membuatnya tidak mampu membendung perasaan ini, kemudian menceritakan perihal ini kepada saudaranya, yang kemudian saudaranya ini menyampaikan perihal tersebut kepada Muhammad.

Banyak pembesar suku Quraisy yang ingin melamar Khadijah, tetapi ditolak semua lamaran itu, sedangkan Nabi Muhammad pada saat itu hanyalah seorang pemuda yang tidak mempunyai apa-apa untuk bekal pernikahan. Akhirnya Khadijah membicarakan niatnya kepada paman-pamannya sebagai wakil ayahnya mengenai maksud tersebut, dan membicarakan kepada Muhammad mengenai kesediaannya. Dan Muhammad sendiri berkenan dengan maksud Khadijah walaupun sebenarnya dia belum memikirkan hal pernikahan.

Hari pernikahan telah ditentukan, dengan 20 ekor unta sebagai mas kawinnya, sepulang dari berdagang ke syam pesta pernikahan diselenggarakan di rumah Khadijah, pintu dibuka lebar-lebar, makananpun disediakan, semua orang di undang mulai dari para pembesar quraisy sampai fakir miskin. Pada saat menikah umur Muhammad 25 sedangkan Khadijah berumur 40.

Dari pernikahan tersebut dikaruniai anak sebanyak 6 orang, dua diantaranya laki-laki yaitu Al-Qasim dan Abdullah Ath-Thahir yang wafat saat berusia belia. Sedangkan empat lainnya adalah seorang perempuan yaitu, Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah, dan seorang wanita yang mewarisi kebesaran ibunya, wanita yang akan melahirkan keturunan yang banyak menjadi Alim Ulama yakni Sayyidatina Fatimah.

Nabi Muhammad mencintai sosok Khadijah melebihi hasrat jasmani, dan keistimewaan beliau dalam hati baginda tidak tergantikan, beliaulah wanita pertama yang dinikahinya, wanita yang menyelimutinya disaat Nabi menggigil setelah bertemu dengan jibril menerima wahyu yang pertama, dan beliau adalah wanita yang masuk islam dan membenarkan apa yang dikatakan suaminya disaat banyak orang yang mendustainya, beliau juga yang membela Nabi Muhammad dengan kedudukannya melawan pembesar quraisy yang menentangnya.

Banyak yang berpendapat buruk mengenai Nabi Muhammad yang mempunyai banyak istri, padahal semasa Khadijah hidup beliau tidak pernah menikah, beliau menikah lagi sepeninggal Khadijah dengan motif politik, kepentingan agama, seperti menikahi wanita pembesar suku lain yang berniat memerangi islam, sehingga demi terhindarnya perang dan pertumpahan darah beliau menikahinya, kemudian menikahi janda yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan demi membela agama, bahkan Sayyidatina Aisyah mengetahui betapa cintanya Nabi Muhammad terhadap Khadijah sehingga terkadang membuatnya cemburu.

Facebook

Spotify

Youtube Channel