Biografi Al-Imam Sayyidina Hasan Bashri RA.

Biografi Al-Imam Sayyidina Hasan Bashri RA.

Makam Al-Imam Hasan Bashri
Al-Hasan BIN Yasar, dikenal juga dengan nama Al-Hasan bin Abi Al-Hasan, Abu Sa’id Al-Bashri, lahir pada tahun 21 Hijriah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Dari seorang ayah dan ibu yang berasal dari kota Basrah kemudian pindah ke kota Madinah.

Hasan Bashri berkata: “Ayah dan ibuku adalah seorang budak milik seorang laki-laki dari Bani Najjar yang menikahi seorang perempuan dari Bani Sulmah. Kemudian kedua orang tuaku menjadi mahar untuk wanita dari Bani Sulmah tersebut lalu keluarga Bani Sulmah itu membebaskan kami / memerdekakan.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan pula bahwa ayahnya adalah budak Zaid bin Tsabit Al-Anshari, sedangkan ibunya adalah budak Ummu Salamah, istri Nabi SAW. Singkat cerita pada intinya kedua orang tua Imam Hasan Bashri adalah seorang budak yang dimerdekakan.

Ibunya adalah seorang pelayan dari istri Nabi SAW yaitu Ummu Salamah, dikarenakan suatu keperluan ibunya dikirim untuk berpergian jauh sehingga lupa menyusui Imam Hasan yang masih kecil, maka melihat itu Ummu Salamah berusaha menggantikan untuk menyusuinya, hingga ada pendapat mengatakan bahwa hikmah yang dimiliki Imam Hasan Bashri berkat susuan Ummu Salamah.

Dengan demikian beliau lahir dan tumbuh di kota Madinah bersama para sahabat, ia tergolong orang yang pemberani dan menonjol.

Muhammad bin Sa’ad berkata: “Hasan Bashri ra. adalah seorang yang jami’ (penghafal Qur’an), alim, luhur, ahli fiqih, tsiqah, ahli hujjah (argument), terpercaya, ahli ibadah, luas ilmunya, fasih dan tampan.

Ilmu dan Nasehatnya

Hasan Bashri ra. adalah seorang yang memiliki ilmu sangat luas, ahli fiqih, ahli hadits, ahli tafsir. Ucapannya banyak dipakai kitab-kitab fiqih dan tafsir. Begitu pula riwayat haditsnya bertebaran dalam kitab-kitab hadits, Dia juga seorang pemberi nasihat yang berpengaruh terhadap banyak hati orang mukmin disebabkan Dia selalu mempraktekkan apa yang dia serukan, sehingga inilah yang membuat nasehatnya diterima banyak hati.

Al-A’masy berkata dalam kitab Hilyat Al-Auliya’ : “Hasan Bashri selalu menyadari hikmah hingga mengucapkannya. Jika namanya disebutkan di sisi Abi Ja’far Muhammad bin Ali bin Al-Husein Al-Baqir, maka ia berkata, Dia adalah orang yang ucapannya menyerupai ucapan para Nabi.”

Imam Ghazali juga berkata didalam kitab Ihya’ Ulumiddin: “Hasan Bashri adalah manusia yang memiliki ucapan paling menyerupai ucapan para Nabi, dan orang yang memiliki petunjuk paling mendekati petunjuk para sahabat.”

Salah satu kalimat dari Mathar Al-Warraq dalam Sair A’lam an-nubal: “ketika Hasan Bashri muncul, maka ia seolah datang dari akhirat lalu memberitahukan apa yang ia saksikan sendiri di sana.”

Perilaku Dan Kezuhudan Hasan Bashri

ABU Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari berkata: “Aku tak pernah melihat seorang pun yang lebih mirip dengan para sahabat Nabi SAW. daripada Hasan Bashri.”

Khalid bin Shafwan berkata: “Ketika aku bertemu dengan Musallamah bin Abdul Malik di Al-Hairah ia berkata: ‘Hai Khalid, beritahulah aku tentang Hasan, penduduk Basrah.’ Aku menjawab, ‘semoga Allah merahmati al-Amir, aku beritahukan kepadamu tentangnya atas dasar pengetahuan, aku adalah tetangga dekatnya, teman di majelisnya dan sangat mengenalnya.

Dia adalah orang yang batinnya paling serupa dengan lahirnya. Ucapannya paling serupa dengan perbuatannya. Jika ia memerintahkan sesuatu, maka ia adalah orang yang paling banyak melakukannya, apabila dia melarang sesuatu maka ia adalah orang yang paling jauh meninggalkannya. Menurutku dia tidaklah butuh kepada masyarakat, melainkan masyarakat butuh kepadanya.”

Ia berkata, “Cukup wahai Khalid, bagaimana mungkin kaum yang di tengah mereka ada orang ini bisa tersesat?”

Imam Hasan Bashri adalah orang yang selalu bersedih karena selalu mengingat akhirat. Tapi hal ini tidak membuatnya memiliki perilaku aneh sebagaimana yang mulai tersebar luas pada masa hidupnya. Dia juga orang yang sederhana dalam makan, ia juga teliti dalam berpakaian namun pakaian yang paling disukainya adalah yang paling tebal, paling kasar, dan paling rendah bagi manusia.”

Adapun perabot rumahnya juga cukup sederhana, tidak ada tikar, kasur, alas, bantal kecuali tempat tidur tenun tempat ia berbaring. Gambaran ini mengingatkan kita kepada gambaran yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab ra. tentang Nabi SAW “Aku masuk menemui Rasulullah SAW, ternyata beliau berbaring di atas tikar kasar tanpa dilapisi kasur. Pasir membekas pada lambung beliau, sambil bersandar di atas bantal yang terbuat dari kulit yang dilipat. Lalu aku melihat dalam rumah Beliau, dan Demi Allah aku tak melihat sesuatu pun yang bisa dilihat mata.”

Dengan demikian sikap Imam Hasan Bashri ini adalah wujud simpatinya terhadap Rasulullah SAW, sehingga mendapat pujian dari banyak ulama pada masanya ataupun sesudahnya. Dan dia menghafal Al-Qur’an pada usia 12 tahun, dan tidak pernah berpindah dari satu surah ke surah yang lain sebelum memahami takwil dan tujuan penurunannya. Ia tidak menerima dirham, tidak pula mendekati penguasa, tidak pernah menyuruh sesuatu yang dia belum melakukannya dan tidak melarang sesuatu sebelum menjauhinya.


Wafatnya

Ketika maut mendatanginya, sekelompok sahabat mendatanginya untuk meminta kalimat yang bermanfaat darinya. Maka Imam Hasan Bashri memberinya tiga kalimat: “Sesuatu yang dilarang , maka jadilah kalian orang yang paling menjauhinya. Perbuatan makruf yang diperintahkan kepada kalian, maka jadilah orang yang paling banyak mengerjakannya. Ketahuilah bahwa langkah kalian itu ada dua macam, yaitu langkah yang berguna dan satu langkah yang merugikan. Maka lihatlah dari mana engkau datang dan kemana engkau pergi.

Hasan Bashri wafat pada malam Jumat awal bulan Rajab tahun 110 Hijriah. Dan sebagaimana yang diucapkan oleh putranya, ia hidup selama kurang lebih 88 tahun.

Jenazahnya dishalatkan dan makamkan di Basrah setelah shalat Jumat dengan disaksikan dan dihadiri manusia. Hamid Ath-Thawil berkata: “Kami mengusungnya setelah shalat Jumat lalu memakamkannya. Semua orang mengiring jenazahnya lalu terpusat padanya, hingga tidak diselenggarakan shalat Ashar di masjid. Sejak Islam hadir, aku tak pernah mengetahui shalat (jamaah) ditinggalkan selain hari itu, karena mereka semua ikut mengiring jenazah hingga tak ada orang yang mengerjakan shalat Ashar di masjid.


Semoga Allah merahmati Hasan Bashri dan menempatkannya dalam keluasan surga-Nya.

Facebook

Spotify

Youtube Channel