Suatu malam ketika Habib Ali Kwitang sedang sakit, terdengar suara pintu diketuk. Ketika istrinya membuka, ternyata yang datang adalah seorang lelaki paruh baya yang bermaksud mengundang Habib Ali untuk mengisi acara majelis di kediamannya. Namun karena Habib Ali sedang sakit, istrinya menjawab, "Maaf, Habibnya sedang sakit, saat ini beliau sedang tidur." Dengan penuh harap orang tersebut memohon, "Tolonglah saya, para undangan sudah mulai berdatangan ke tempat saya, tapi tak ada satu Ustadz pun yang mau menghadiri acara itu."
Rupanya Habib Ali yang sedang sakit dan tertidur, lalu bangun dan mendengar percakapan tersebut. Belum sempat istri Habib Ali menjawab lagi, tiba-tiba berdiri Habib Ali di belakang istrinya, lengkap dengan pakaian kebesarannya dan mengajak si pengundang untuk segera pergi ke tempat acara.
Bukan main girangnya orang itu, sambil mencium tangan Habib Ali, orang itu mengucapkan banyak terima kasih.
Tenyata tempat acara tersebut berada di tempat kumuh dekat rel kereta, dan Shohibul Bait termasuk golongan masyarakat miskin yang berkeinginan besar untuk merayakan Maulid Nabi. la kebingungan menyediakan biaya untuk akomodasi para Muballigh sehingga tak ada satu pun Muballigh yang hadir, kecuali Habib Ali Kwitang yang tanpa diduga-duga meski diundang secara mendadak, mau menghadiri dan menjadi cahaya sentral dalam acara tersebut, dan seusai acara pun Habib Ali enggan menerima sepeser pun uang dari Shohibul Bait, malah beliau yang memberi hadiah kepada Shohibul Bait.
(Dinukil dari buku "17 Habaib Berpengaruh Di Indonesia" hal. 143-144 karya
Sayyid Abdul Qadir bin Umar Mauladdawilah)
New
Dakwah Habib Ali Kwitang
Artikel
Label:
Artikel