Asy-Syibly pernah ditanya, "Kapankah engkau istirahat?" Ia menjawab, "Jika kudapati bahwa tiada lagi orang berdzikir kepada-Nya."
Saya mendengar Syelkh Abu Ali ad-Daqqaq telah mengomentari sabda Nabi saw. ketika beliau baru saja menyelesaikan akad jual beli seekor kuda dengan seorang Badui. Orang Badui itu menuntut agar penjualan dibatalkan, maka Nabi pun membatalkannya. Kemudian si Badui berkata, "Semoga Allah swt. memberimu umur panjang. Dan golongan apa engkau?" Nabi menjawab, "Seorang laki laki dari suku Quraisy." Salah seorang sahabat yang hadir mencela si Badui, "Kekurang ajaran mana. yang lebih besar daripada tidak mengenali Nabimu?" Syeikh Abu Ali berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Seorang laki laki dari suku Quraisy,' itu adalah karena cemburu. jika tidak, tentu beliau akan menjawab kepada siapa pun yang bertanya kepada beliau, siapa diri beliau yang sebenarnya. Kemudian Allah swt. menjadikan sahabat tersebut mengungkapkan identitas beliau kepada si Badui dengan bertanya,'Kekurang ajaran mana yang lebih besar dari pada tidak mengenali Nabimu'?"
Sebagian Sufi berkata, "Cemburu adalah sifat orang orang pemula. Orang yang sudah mencapai kemanunggalan tidaklah mengalami cemburu, tidak pula memiliki predikat ikhtiar, tidak pula peduli atas apa yang terjadi di kerajaan. Allah swt. Sematalah yang lebih utama dari segalanya, dalam segala ketentuan yang dikehendakiNya."
Sa'id bin Salam al Maghriby mengatakan, "Cemburu adalah amal para murid. Sedangkan mereka yang telah mencapai hakikat kebenaran, tidak ada rasa cemburu."
Dulaf asy-Syibly menjelaskan, "Ada dua macam cemburu: Cemburu manusia satu sama lain dan cemburu Allah terhadap hati manusia." Ditegaskannya juga, "Cemburu Allah menyangkut nafas manusia, jika nafas itu dihembuskan untuk selain Allah swt."
Seharusnya dikatakan, "Ada dua macam cemburu: Pertama, cemburu Allah kepada manusia, artinya Dia tidak ingin ada sesuatu yang melimpahi makhluk. Dan kedua, cemburu hamba terhadap Allah swt, berarti penolakannya untuk mengabdikan keadaan-keadaan atau nafasnya kepada selain Allah." Karenanya tidak dapat dikatakan, "Aku cemburu kepada Allah swt." Tapi hendaklah mengatakan, "Aku cemburu demi Allah swt. " Cemburu kepada Allah swt, adalah kebodohan dan mungkin dapat meninggalkan agama. Tetapi cemburu demi Allah, melahirkan pengagungan hak-Nya dan penjernihan amal amal kebajikan kepada-Nya.
Ketahuilah, bahwa Sunnatullah atas wali-wali-Nya adalah-jika mereka menemukan kepuasan pada selain Allah, mendengarkan kepada selain Allah, atau memperbolehkan yang selain Allah untuk bersemayam dalam hati mereka, maka hal itu akan menimbulkan kegelisahan dalam hati mereka - Allah begitu cemburu akan hati mereka hingga Dia mengembalikan mereka kepada Diri Nya, dalam keadaan kosong dari semua hal lain yang memberikan kepuasan kepada mereka, dari semua yang mereka pedulikan dan dari semua yang mereka perbolehkan bersemayam di hati mereka.
Sebagaimana Nabi Adam as. ketika hatinya tersirat keinginan hidup abadi di surga, justru sebaliknya beliau dikeluarkan dari surga. Ini juga terjadi kepada Ibrahim as. di saat keberadaan Ismail membuat beliau bangga dan kagum, Allah memerintahkan untuk menyembelihnya, sampai Ismail keluar dari dalam hati Ibrahim. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipis(nya) (untuk dikorbankan)." (Q.s. Ash- Shaffaat: 103), dan Ibrahim telah menyucikan batinnya melalui perintah Nya, lalu Allah menggantikan dengan domba.
Muhammad bin Hissan menuturkan, "Sekali waktu, ketika aku sedang mengelilingi pegunungan Libanon, seorang pemuda datang kepadaku. Tubuhnya telah terbakar oleh badai pasir dan angin. Ketika melihatku, ia berpaling dan lari. Aku mengikutinya dan berkata, 'Berilah aku sepatah kata nasihat!' Ia menjawab, 'Waspadalah, karena Dia pencemburu. Dia tidak mati menemukan sesuatu selain Diri-Nya dalam hati hamba-Nya."
An-Nashr Abadzy berkata, "Allah swt. adalah Pencemburu. Salah satu tanda cemburu Nya adalah bahwa Dia tidak menjadikan jalan menuju Diri Nya selain dari Diri-Nya sendiri."
Diriwayatkan bahwa Allah swt. menyampaikan wahyu kepada salah seorang Nabi Nya, "Si Fulan membutuhkan Aku dan Aku pun membutuhkannya. Jika ia memenuhi kebutuhan Ku, Aku pun akan memenuhi kebutuhannya." Nabi tersebut-semoga Allah melimpahan keselamatan kepadanya-bertanya dalam munajatnya, "Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin Engkau membutuhkan sesuatu?" Allah menjawab, "Ia telah menemukan ketenangan selain Aku. Maka hendaknya ia mengosongkan hatinya, Aku akan memenuhi kebutuhannya."
Diceritakan, bahwa Abu Yazid al-Bisthamy bermimpi melihat sekelompok bidadari. Ia memandang mereka, sehingga beberapa hari waktunya terbengkalai. Kemudian ia bermimpi melihat mereka lagi. Tetapi kali ini ia tidak menoleh kepada mereka, seraya berkata, "Kalian semua mengalihkan perhatianku!"
Dikatakan bahwa Rabi'ah al-Adawiyah jatuh sakit pada suatu hari, dan seseorang bertanya tentang sebab sakitnya. Ia menjawab, "Karena aku memalingkan hatiku ke surga, maka Allah mendidikku dan bagi-Nya berhak mengecamku. Aku tidak akan melakukannya lagi."
Diriwayatkan bahwa as-Sary as-Saqathy mengabarkan, "Satu ketika aku sedang mencari salah seorang sahabatku. Aku menjelajahi beberapa gunung dan bertemu dengan segerombolan orang yang semuanya berpenyakit, buta, atau lumpuh. Ketika aku bertanya kepada mereka apa yang sedang mereka kerjakan di tempat itu, mereka menjawab, 'Kami diberitahu bahwa di sini tinggal seorang laki laki yang keluar (dari gua) sekali setahun. jika ia berdoa untuk orang banyak, mereka akan sembuh.' Aku lalu menunggu sampai orang itu keluar. Ia berdoa untuk orang orang itu, dan mereka pun sembuh. Aku mengikutinya, datang ke dekatnya dan bertanya, Apakah obat untuk penyakit batinku?' Ia menjawab, 'Wahai Sary, pergilah dariku, agar Allah swt Yang Pencemburu, tidak melihatmu mencari ketenangan dari selain Dia. Itu akan merendahkan derajatmu di sisi-Nya'."
New
Cemburu
Artikel
Label:
Artikel