Masjid Menjadi Terang Ketika Habib Neon Datang


Al-Habib Muhammad bin Husein Alaydrus (Habib Neon)

Ulama yang berjuluk Habib Neon, Beliau adalah seorang ulama yang menjadi penerang umat di zamannya. Cahaya keilmuan dan akhlaqnya menjadi teladan bagi mereka yang mengikuti jejak ulama salaf.

Suatu malam, beberapa tahun lalu, ketika ribuan jamaah tengah mengikuti ta'lim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba listrik padam. Tentu saja kontan mereka risau, heboh.

Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tanpak seseorang berjalan menuju masjid, Ia menggunakan gamis dan sorban putih, berselempang kain rida warna hijau. Dia adalah Habib Muhammad bin Husein bin Zainal Abidin bin Ahmad Alydrus yang ketika lahir ia diberi nama Muhammad Masyhur.

Begitu masuk ke dalam masjid, aneh bin ajaib, mendadak masjid terang benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah terheran-heran. Apa yang terjadi?

Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang benderang itu keluar dari tubuh sang Habib. Bukan main! Maka, sejak itu sang Habib mendapat julukan Habib Neon.

Selama mukim di Surabaya, Habib Muhammad suka berziarah, antara lain ke makam para wali dan ulama di Kudus, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur.

Dalam ziarah itulah, ia konon pernah bertemu secara ruhaniah dengan seorang wali kharismatik, (Alm) Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf,Gresik.

Seperti halnya para wali yang lain, Habib Muhammad juga kuat dalam beribadah. Setiap waktu ia selalu gunakan untuk berdzikir dan bershalawat.

Dan yang paling mengagumkan, ia tak pernah menolak untuk menghadiri undangan dari kaum fakir miskin. Segala hal yang ia bicarakan dan pikirkan selalu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran agama, dan tak pernah berbicara mengenai masalah yang tak berguna.

Di antara mujahadah (tarekat) yang dilakukannya ialah berpuasa selama tujuh tahun, dan hanya berbuka dan bersantap sahur dengan tujuh butir korma. Bahkan pernah selama setahun ia berpuasa, dan hanya berbuka dan sahur dengan gandum yang sangat sedikit.

Untuk jatah buka puasa dan sahur selama setahun itu ia hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itu pulalah yang dilakukan oleh Imam Ghazali. Satu mud ialah 675gram.

"Aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. ketika itu aku juga menguji nafsuku dengan meniru ibadah kaum salaf yang diceritakan dalam kitab-kitab salaf tersebut."

Habib Neon wafat pada 30 Jumadil Awwal 1389H / 22 Juni 1969M dalam usia 71 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pegirian, Surabaya, di smaping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Alaydrus, sesuai dengan wasiatnya.

Setelah beliau wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh putranya yang ketiga, Habib Syaikh bin Muhammad Alaydrus dengan membuka Majelis Burdah di ketapang kecil, Surabaya.

Haul Habib Neon diselenggarakan setiap hari Kamis pada akhir bulan Jumadil Awal.


Facebook

Spotify

Youtube Channel