Diantaranya, ketika Italia berupaya untuk memperluas wilayah taklukannya (pasca Perang Dunia I) dan mendarat di pantai Tripoli - Libya pada Oktober 1911.
Italia-pun segera memproklamirkan kepada rakyat Libya di Tripoli (yang kala itu masih merupakan Izzah kekhalifahan Turki Utsmani) agar tunduk kepada pemerintahan Italia.
Penandatanganan Perjanjian damai Lausanne (tahun 1912) antara Turki dan Italia, yang ditandatangani oleh Sultan Turki, dianggap sebagai tanda menyerahnya Turki kepada Italia. Namun bagi mayoritas kaum Muslimin, penyerahan Libya dari Turki kepada Italia adalah sebuah pengkhianatan terhadap kepentingan umat Islam.
Kaum Muslimin Libya tidak dapat menerima penyerahan wilayah kekhalifahan Islam kepada Imperium Kafir.
Dari peristiwa ini terdapat kisah dari seorang Pemimpin Besar Arab Libya yang juga merupakan "Syaikh Para Mujahid”, Oemar Mukhtar, seorang pemimpin pergerakan perlawanan rakyat yang berpusat di wilayah Barqa - Libya,
Oemar Al-Mukhtar Muhammad bin Farhat Al-Mnifi atau lebih dikenal dengan Oemar Mukhtar (1858-1931), adalah seorang Ulama, Guru, dan juga tokoh Mujahid yang menjadi Simbol Perlawanan dan Perjuangan terhadap penjajahan Italis atas rakyat Libya. Ia adalah seorang "Master" strategi perang Gerilya. Keberanian dan kemampuannya dalam berperang, membuatnya dijuluki sebagai "Singa Padang Pasir". Nama Oemar Mukhtar telah menjadi isnpirasi bagi perjuangan para Mujahidin di Dunia dalam upayanya membela dan menegakkan kalimat Allah di muka Bumi.
Sebagai bentuk perlawanan kepada pasukan Italia yang berusaha menjajah dan menyerang kota Tripoli-Libya (1911), Oemar Mukhtar mengumpulkan dan menghimpun pasukan elit Mujahidin Libya yang menyerupai Brigade Izzudin Al-Qassam milik HAMAS Palestina. Pasukan elit yang dibentuknya, terdiri dari orang-orang pilihan yang handal dan terampil dalam berperang, juga berani mati untuk membelas islam.
Setelah melakukan perlawanan dan perjuangan (Jihad) atas penjajahan Italisa selama kurang lebih 20 tahun (1911-1931), pasukan Italia akhirnya berhasil menangkap Oemar Mukhtar yang telah memasuki usianya yang ke 70 tahun, dan dikawal dengan pengawalan yang berlebihan. Penangkapannya merupakan sebuah pukulan keras bagi rakyat Libya.
Oemar Mukhtar-pun diadili didalam pengadilan (Italia) yang tidak adil. Pada 16 September 1931, pengadilan Italia memutuskan dan memvonis Oemar Mukhtar dengan eksekusi mati diatas tiang gantungan.
dan berikut adalah kata-kata terakhirnya sebelum ia menemui kesyahidannya: "Jari telunjuk saya, yang mengakui dalam setiap ibadah, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, tidak bisa menulis kata-kata dusta, dan kami tidak akan menyerah, kami menang atau mati...! dan jangan kira ini sudah berakhir... kalian wahai bangsa penjajah, pasti akan berperang menghadapi generasi masa depan kami, dan generasi berikutny dan berikutnya... sementara saya, umur saya akan jauh lebih panjang dari umur orang yang menghukum mati saya..."
Kisah perjuangan Oemar Mukhtar dalam memimpin para Mujahid dalam perlawanannya terhadap penjajahan atas Libya, telah diabadikan dalam Film Kolosal berjudul "Lion of The Desert", yang diproduksi pada tahun 1981.
Dimana aktor kawakan Anthony Quinn telah sukses memerankan Oemar Mukhtar. Film ini merupakan salah satu film produksi Amerika yang mengungkapkan fakta sejarah Islam secara "Jujur".