Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan karena ketekunan datu sanggul dalam mentaati perintah gurunya dalam Khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu (turunnya ) ilmu dari Allah SWT, ada juga yang mengatakan beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan tentara belanda diperbatasan kampung muning dan tentara belanda sering kucar kacir dibuatnya, adapun versi lain karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan, ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung)..wallahu a'alam... dan mulai saat itu nama beliau dipanggil Datu Sanggul.
Berkat mengamalkan ilmu yang beliau peroleh baik dari guru beliau ataupun dari Kitab Barencong tadi banyaklah beliau mendapatkan kelebihan kelebihan dari Allah SWT, diantaranya beliau kalau sholat jum'ad selalu di Mesjid Al-Haram, dan karna itulah beliau bertemu dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang pada saat itu sedang menuntut ilmu di Mekah dan Syekh Muhammad Arsyad mengangkat saudara dengan beliau, selain itu beliau juga bertemu dengan Datu Daha yang juga mengangkatnya menjadi orang tua sekaligus guru.
Pada waktu itu dikerajaan Banjar masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai agama diwajibkan bagi masyarakat laki-laki yang sudah aqil balik atau sudah dewasa pada hari jum'at diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum'at dimasjid-masjid dikampung masing-masing, dan kalau tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda, dikarenakan setiap jum'at beliau selalu sholat dimasjid Al-Haram maka setiap minggu beliau harus membayar denda kepada kerajaan sampai habis harta beliau dan yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran).
Akhirnya setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, beliau akhirnya berjanji untuk melaksanakan sholat jum'at dimasjid kampungnya, pada saat itu sungai dikampung beliau airnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir dikarenakan pada malam harinya hujan sangat lebatnya, disaat para jamaah sedang berwudhu dipinggir kali, tiba-tiba datang Datu Sanggul dan langsung terjun kesungai yang sedang meluap tersebut lengkap dengan pakaiannya, orang-orang berteriak dan menjadi gempar, ditengah kegemparan masyarakat tiba-tiba muncul Datu Sanggul dari tengah sungai dan berjalan diatas air dengan tenangnya, yang lebih mengherankan pakaian beliau tidak basah sama sekali cuma anggota wudhu beliau saja yang basah, setelah keluar dari sungai beliau langsung menuju masjid, dengan tatap mata keheranan dari masyarakat, masyarakat makin terkejut pada saat imam masjid mengumandangkan takbir dan diikuti jamaah jum'at lainnya beliau hanya berpantun"Riau riau padang sibundandisana padang sitamu tamurindu dendam tengadah bulan dihadapan Allah kita bertemu ...ALLAHU AKBAR...." setelah berkata demikian perlahan lahan kaki beliau terangkat dari lantai mesjid dan tubuh beliau berada diawang-awang, setelah imam mengucapkan salam, perlahan-lahan kaki beliau kembali menjejakkan lantai mesjid, kemudian beliau berkata kepada jamaah jum'at "saya tadi baru saja shalat di Masjidil Haram Mekkah dan kebetulan tadi ada yang mengadakan selamatan dan saya meminta kepada yang selamatan sedikit barakat (makanan yang dibagikan saat undangan pulang) dan mari kita bersama sama mencicipinya, jangan ada yang tidak ikut mencicipinya walaupun sedikit "diceritakan bahwa nasi tersebut masih panas menandakan bahwa perjalanan beliau cuma sekejap saja, sejak kejadian tersebut barulah masyarakat tahu bahwa beliau adalah termasuk golongan Wali Allah, sehingga pembayaran denda baik yang berupa uang maupun benda dikembalikan kepada beliau.
Diceritakan sebelum Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad sampai kekampung muning untuk mengambil sambungan kitab barencong dari Datu Sanggul, Datu Sanggul meminta para muridnya untuk bertahan sejenak karena ada yang mau disampaikan, beliau meminta para muridnya dan masyarakat untuk bergotong-royong mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh (Datu Kalampayan), kemudian masyarakat bergotong-royong mempersiapkan segalanya hari itu hari jum'at beliau berkata kepada istrinya "duhai adinda tercinta kakanda akan tidur, tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu" baik kanda tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting apakah dinda boleh membangunkan kakanda" kata istrinya bertanya "kalau ada keperluan sangat penting silahkan saja" jawab beliau setelah sekian lama beliau masuk kedalam kelambu dan tidak keluar keluar padahal hari itu hari jum'at, istri beliau memanggil-manggil sampai tiga kali, karena waktu sholat jum'at makin dekat, beliau menjadi bimbang disisi satu suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu, disisi lainnya sholat jum'at adalah kewajiban, akhirnya istrinya memberanikan diri membuka kelambu, namun apa yang terjadi suami yang dicintainya tidak ditemukan didalam kelambu, namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan diatas kain putih,setelah melihat kejadian tersebut dengan rasa heran bercampur kagum, kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya, tak lama setelah itu datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul, dan ternyata setelah kelambu tersebut dibuka kembali oleh istri beliau Datu Sanggul sudah kembali kewujud semula tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia..
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun.... Syekh Muhammad Arsyad menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu, dan ternyata kain putih tersebut akan dipakai untuk kain kafan beliau.
Kemudian diberitahukan kepada murid-murid beliau dan masyarakat, maka berdatanganlah orang orang untuk menolong dan melaksanakan fardu kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di kampung muning benua nyiur tatakan Rantau, setelah selesai pemakaman Datu Sanggul kemudian Syekh Muhammad Arsyad menceritakan pertemuan beliau dengan istri Datu Sanggul dan menyampaikan pesan-pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong, istri Datu Sanggul memakluminya karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tersebut tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid-murid Datu Sanggul, setelah itu baru kitab tersebut di serahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kalampayan.salah satu yang diyakini masyarakat adalah buah karya dari Datu Sanggul adalah syair pantun saraba ampat yang dalam bahasa banjar sangat terkenal karena berisi tentang pelajaran tasawuf.