Keutamaan Taubat (Durratun Nasihin)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُا لذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَافَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ. اُوْلَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِىْ مِنْ تَحْتِهَاالْاَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَنِعْمَ اَجْرُالْعَامِلِيْنَ

 (Surat Al-Imran Ayat 135-136)

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIMI
WAL LADZIINA IDZAA FA'ALUU FAAHISYATAN AU DHALAMUU ANFUSAHUM DZAKARULLAAHA, FASTAGHFARUU LIDZUNUUBIHIM, WA MAN YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLALLAAHU, WA LAM YUSHIRRUU 'ALAA MAA FA'ALUU WA HUM YA'LAMUUNA. ULAA-IKA JAZAA-UHUM MAGHFIRATUN MIN RABBIHIM WA JANNAATUN TAJRI MIN TAHTIHAL ANHAARU KHAALIDIINA FIIHA WA NI'MA AJRUL 'AAMILIINA.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
"Dan orang-orang yang bilamana terlanjur mengerjakan sesuatu yang keji atau berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri, maka ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, Dan tidak ada yang memberikan ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan mereka tidak terus-menerus melakukan apa-apa yang telah mereka lakukan, sedang mereka sama mengetahui.
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan beberapa surga yang mengalir dibawahnya, beberapa sungai, dan itulah sebaik-baik balasan bagi mereka yang berbuat / beramal.



Dari Sa'id dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

لَايَجْلِسُ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَايُصَلُّوْنَ فِيْهِ عَلَى النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةٌ وَاِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لَمَايَرَوْنَ مِنَ الثَّوَابِ

LAA YAJLISU QAUMUN MAJLISAN LAA YUSHALLUUNA FIIHI 'ALAN NABIYYI ALAIHIS SHALATU WASSALAMU. ILLAA KAANA 'ALAIHIM HASRATUN , WA IN DAKHALUL JANNATA LAMAA YARAUNA MINATS TSAWAABI.
Tiada suatu kaum yang duduk dalam satu majlis yang mereka itu tidak membaca shalawat untuk Nabi ASW., kecuali akan mendapatkan penyesalan / kerugian; dan bilamana mereka masuk surga, maka mereka tidak akan bisa melihat pahala mereka.



Abu Musa At-Tirmidzy meriwayatkan dari sementara orang ahli ilmu berkata:

اِذَا صَلَّى الرَّجُلُ عَلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللّٰهُ تَعَالّٰى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً فِى مَجْلِسٍ اَجْزَ أَتْ عَمَّا كَانَ فِى ذٰلِكَ الْمَجْلِسِ

IDZAA SHALLAR RAJULU 'ALAN NABIYYI SHALLALLAAHU TA'AALA 'ALAIHI WA SALLAMA SHALATAN FII MAJLISIN AJZA-AT 'AMMAA KAANA FII DZAALIKAL MAJLISI.
Apabila seorang laki-laki membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam suatu majelis, maka cukuplah apa-apa yang ada didalam majelis itu. 
(Syifaa-un Syariifun).

Dikatakan bahwa turunnya ayat ini (WAL LADZIINA IDZAA FA'ALUU FAHISYATAN. . . . . . .) sehubungan dengan seorang laki-laki penjual tamar, yang pada suatu waktu ada seorang perempuan membeli tamarnya; kemudian sia penjual tamar memasukkan perempuan itu didalam warungnya, dan menciuminya. Lalu menyesal-lah laki-laki itu atas perbuatannya.
Beritapun tersiar dikalangan orang-orang yang berbuat dosa dan dia bertaubat dari dosa besar yang telah dilakukan dari zina dan lain-lain sebagainya. 
Kata "WAL LADZIINA" diathafkan / dirautkan dengan kata "Al-Muttaqiina" yang mengandung arti: "Disediakan untuk para muttaqiin . orang-orang yang bertaqwa dan para taa-ibiina / orang-orang yang bertaubat. Kata "ULAA-IKA" sebagai isyarat untuk dua golongan (muttaqiin ta-ibiin).
Dan bisa juga kata "WAL LADZINA" sebagai mubtadaa (subyectiva), khabarnya (predikatnya) kata "ULAA-IKA"
(Kasysyaafun)

Kata "FAS TAGHFARUU" didalamnya terdapat pembersihan terhadap jiwa para hamba, menggiatkan dan suka bertaubat dan juga anjuran untuk bertaubat; bahkan sebagai benteng dari putus asa dan putus harapan dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala; dan sesungguhnya dosa-dosa itu meskipun besar, maka sesungguhnya ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan sifat dermawanNya itu lebih besar.
(Kasysyaafun)

Kata "LIDZUNUUBIHIM" artinya terhadap dosa-dosa mereka, maka mereka bertaubat dari padanya dan mencabut serta menghindari dari dosa-dosa itu dengan berkemauan kuat bahwa mereka tidak akan kembali mengulangi dosa-dosa itu. Dan inilah syarat-syarat taubat yang diterima.
(Tafsir Khazin)

Kata "WA HUM YA'LAMUUNA" = "Sedang mereka semua mengetahui", ada beberapa pendapat:
  1. Mereka tahu bahwa dosa-dosa itu jelas. (Ibnu Abbas)
  2. Mereka tahu bahwa terus menerus dalam dosa itu berbahaya,
  3. Mereka tahu bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki ampunan dosa dan mereka tahu pula bahwa mereka mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa-dosa,
  4. Mereka tahu bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak berat mengampuni dosa-dosa meskipun banyak / besar.
  5. Mereka tahu bahwa bila mereka memohon ampun, tentu dia Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuni mereka.
(Tafsir Lubab)



            اِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

INNALLAAHA TA'AALA YAQBALU TAUBATAL 'ABDI MAA LAM YUGHARGHIR
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menerima taubat hambaNya selama dia belum sakaratul maut.
(Minal Mashaabiihi)

Adapun arti yugharghiru / ghargharatun ialah bolak-baliknya ruh ditenggorokan. Dan artinya bahwa taubatnya orang yang berdosa itu bisa diterima selama ruh belum sampai ditenggorokan. Karena diwaktu sakaratul maut, sudah terang seseorang itu kembali kerahmat atau kembali keresiko atau siksa dan tidak akan bermanfaat / berguna ketika itu taubatnya atau imannya. Karena syarat bertaubat itu berkemauan meninggalkan dosa dan dan tidak akan membiasakan dosa. Sedang kemauan itu bisa terjadi nyata bila memungkinkan bagi orang yang bertaubat, padahal tidak mungkin terjadi karena dia sudah tidak mampu lagi.
(Majaalisur Ruumy)



Dari Ali bin Abi Thalib dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
مَكْتُوْبٌ حَوْلَ الْعَرْشِ قَبْلَ خَلْقِ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِاَرْبَعَةِ آلَافِ سَنَةٍ وَاِنِّى لَغَفَّارٌ لِمَنْ تابَ وَآمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا

MAKTUUBUN HAULAL ARSYI QABLA KHALQI ADAMA As. BI ARBA'ATI AALAAFI SANATIN: "WA INNI LAGHAFFAARUN LIMAN TAABA WA AAMANA WA 'AMILA SHAALIHAN.
Tertulis disekitar Arsy sebelum diciptakannya Adam As. empat ribu tahun "Sungguh Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman dan berbuat baik."
(Tanbiihul Ghaafiliina)



Telah Diriwayatkan:
اَنَّ جِبْرَا ئِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ جَاءَاِلَى النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ اِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يُقْرِ ئُكَ السَّلَامَ وَيَقُوْلُ: مَنْ تَابَ مِنْ اُمَّتِكَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَّنَةٍ تَوْبَتُهُ، فَقَالَ النَّبِىُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: يَاجِبْرَائِيْلُ اَلسَّنَةُ لِاُمَّتِى كَثِيْرَةٌ لِغَلَبَةِ الْغَفْلَةِ وَطُوْلِ الْأَمَلِ، فَذَهَبَ جِبْرَا ئِيْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ثَمَّ رَجَعَ فَقَالَ: يَامُحَمَّدُ اِنَّ رَبَّكَ يَقُوْلُ:  مَنْ تَابَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِشَهْرٍ قُبِلَتْ تَوْبَتُهُ: فَقَالَ عَلَيْهِ لبصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: يَا جِبْرَائِيْلُ اَلشَّهْرُ لِاُمَّتِى كَثِيْرٌ فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ اِنَّ رَبَّكَ يَقُوْلُ: مَنْ تَابَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِيَوْمٍ قُبِلَتْ تَوْبَتُهُ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَاجِبْرَائِيْلُ اَلْيَوْمُ لِاُمَّتِى كَثِيْرٌ، فَذَهَبَ جِبْرَئِيْلُ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: يَامُحَمَّدُ اِنَّ رَبَّكَ يَقُوْلُ: مَنْ تَابَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَاعَةٍ قُبِلَتْ تَوْبَتُهُ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: يَاجِبْرَئِيْلُ السَّاعَتُ لِأُمَّتِى كَثِيْرَةٌ، فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: يَامُحَمَّدُ اِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يُقْرِئُكَ السَّلَامَ وَيَقُوْلُ: مَنْ مَضَ جَمِيْعُ عُمْرِهِ فِى الْمَعَا صِىْ وَلَمْ يَرْجِعْ اِليَّ اِلَّا قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ اَوْشَهْرٍا اَوْيَوْمٍ اَوْسَاعَتٍ حَتَّى بَلَغَ الرُّوْحُ الْحُلْقُوْمَ وَلَمْ يُمْكْنُ لَهُ النُّطْقُ وَالْاِعْتِذَا رُبِلِسَانِهِ وَنَدِمَ بِقَلْبِهِ قَدْ غَفَرْتُ لَهُ

ANNA JIBRAA-IILA ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU, JAA-A ILAN NABIYYI ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU. FAQAALA: "YAA MUHAMMADU INNALLAAHA TA'AALAA YUQRIUKAS SALAAMA WA YAQUULU: "MAN TAABA MIN UMMATIKA QABLA MAUTIHI BISANATIN QUBILAT TAUBATUHU", FA QAALAN NABIYYU ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU: "YAA JIBRAA-IILU ASSANATU LI UMMATII KATSIIRATUN LIGHALABATIL GHAFLATI WA THUULIL AMALI", FA DZAHABA JIBRAA-IILU ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU. TSUMMA RAJA'A FA QAALA: "YA MUHAMMADU INNA RABBAKA YAQUULU: "MAN TAABA QABLA MAUTIHI BI SYAHRIN QUBILAT TAUBATUHU", FA QAALA ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU: "YA JIBRAA-IILU ASY SYAHRU LI UMMATI KATSIIRUN", FA DZAHABA TSUMMA RAJA'A FA QAALA: "YAA MUHAMMADU INNA RABBAKA YAQUULU: "MAN TAABA QABLA MAUTIHI BI YAUMIN QUBILAT TAUBATUHU", FA QAALA ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU "YAA JIBRAA-IILU, AL YAUMU LI UMMATII KATSIIRUN, FA DZAHABA JBRAA-IILU TSUMMA RAJA'A FA QAALA: "YAA MUHAMMADU, INNA RABBAKA YAQUULU: "MAN TAABA QABLA MAUTIHI BI SAA'ATIN QUBILAT TAUBATUHU", FA QAALA ALAIHISH SHALAATU WASSALAAMU: "YAA JIBRAA-IILU AS SAA'ATU LI UMMATII KATSIIRATUN", FA DZAHABA TSUMMA RAJA'A FA QAALA: "YAA MUHAMMADU INNALLAAHA TA'AALAA YUQRIUKAS SALAAMA WA YAQUULU: "MAN MADHAA JAMII'U 'UMRIHI FIL MA'AASHII WA LAM YARJI' ILAYYA ILLA QABLA MAUTIHI BISANATIN AU SYAHRIN AU YAUMIN AU SAA'ATIN HATTAA BALAGHAR RUUHUL HULQUUMA WA LAM YUMKIN  LAHUN NUTHQU WAL I'TIDZAARU BI LISAANIHI WA NADIMA BI QALBIHI QAD GHAFARTU LAHU.
Bahwa sesungguhnya Jibril as. telah datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam maka berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengirim salam kepadamu dan berfirman: "Barangsiapa bertaubat dari umatmu, sebelum meninggal tempo setahun , maka diterima taubatnya." Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Hai jibril, satu tahun bagi umatku itu banyak / lama, sebab kebiasaannya lengah dan banyak angan-angan / keinginannya. Maka Jibril as. pergi kemudian datang lagi dan berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu berfirman: "Barangsiapa bertaubat sebelum meninggal tempo sebulan, maka diterima taubatnya". Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Hai Jibril, sebulan bagi umatku itu lama." maka Jibril as. pergi kemudian datang lagi dan berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu berfirman: "barangsiapa bertaubat sebelum meninggal dalam tempo satu hari, maka diterima taubatnya". Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Hai Jibril, satu hari bagi umatku itu cukup lama". Maka Jibril as. pergi kemudian datang lagi dan berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu berfirman: "Barangsiapa bertaubat sebelum meminggal dalam tempo satu jam, maka diterima taubatnya." Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun bersabda lagi: "Hai Jibril, satu jam bagi umatku juga lama". Maka Jibril pergi kemudian datang lagi dan berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam kepadamu dan berfirman: "Barangsiapa seluruh umurnya dalam durhaka dan belum kembali kepadaKu melainkan sebelum meninggalnya dalam tempo satu tahun, satu bulan, atau satu hari, satu jam, sehingga ruhnya sudah sampai ditenggorokkan dan tidak mungkin berkata, atau beralasan dengan lisan dan menyesali dengan hatinya, sungguh Aku telah mengampuninya".
(Zubdatul Waa'idziina)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman di surat Nur ayat 31:


وَتُوْبُوْا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

"WA TUUBUU ILALLAAHI JAMII'AN AYYUHAL MU'MINUUNA LA'ALLAKUM TUFLIHUUNA."
"Taubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang ber-iman agar kamu sekalian berbahagia.".

Sementara Hukamaa berkata: "Taubat seseorang itu bisa di ketahui dengan empat perkara:

  1. Dia menahan lisannya dari bicara yang berlebih-lebihan, dari ghibah, adu domba, dan dari dusta.
  2. Dia sudah tidak merasa dihatinya terdapat sifat dengki dan tidak ada pula rasa memusuhi kepada seseorang.
  3. Dia menjauhi kawan-kawan yang busuk dan tidak mau bergaul dengan salah seorang dari mereka.
  4. Dia selalu menyiapkan diri untuk mati dengan rasa menyesal dari dosa serta memohon ampunan dari dosa-dosa yang telah lalu dan bersungguh-sungguh taat kepaada Tuhannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman di ayat lain:

يَآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا

"YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU TUUBUU ILALLAAHI TAUBATAN NASHUUHAN."
"Hai orang-orang yang beriman taubatlah kamu sekalian kepada Allah dengan taubat yang betul-betul".
Artinya, betul-betul didalam taubatnya.
Ada yang menerangkan: 'Saling bernasehatlah kamu sekalian karena Allah didalam hal taubat".

Umar bin Khathab ditanya dari pengertian "Taubat nashuha" dia menerangkan; hendaklah seseorang bertaubat dari perbuatan busuk dan tidak akan mengulangi untuk selama-lamanya.

Sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

اَلْمُسْتَغْفِرُ بِاللِّسَانِ اَلْمُصِرُّ عَلَى الذَّنْبِ كَالمُسْتَهْزِئِ بِرَبِّهِ

"AL MUSTAGHFIRU BILLISAANI AL MUSHIRRU 'ALADZ DZANBI KAL MUSTAHZII BI RABBIHI."
"Orang yang mohon ampunan dengan lisan sedang dia terus menerus berbuat dosa, seperti mengejek Tuhannya.".
(Raudhatul 'Ulamaa)

Tsabit Al Bannaanii berkata: "Saya mendengar, bahwa iblis semoga dia selalu menerima kutukan Allah - menangis ketika ayat ini ( WAL LADZIINA IDZAA FA'ALUU FAAHISYATAN. . . ) turun.
(Tafsir Lubab).

Dari Abu Bakar dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

عَلَيْكُمْ بِلَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ فَاَكْثِرُوْا مِنْهُمَا فَاِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ قَالَ: اَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوْبِ وَالْمَعَاصِىْ، وَاَهْلَكُوْنِى بِلَا اِلٰهَ اِللّٰهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ، فَلَمَّا رَاَيْتُ ذٰلِكَ اَهْلَكْتُهُمْ بِالْهَوٰى وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُهْتَدُوْنَ

"ALAIKUM BI LAA ILAAHA ILLAALAAHU WAL ISTIGHFAARI, FA AKTSIRUU MNHUMAA, FA INNA IBLIISA 'ALAIHIL LA'NATU QAALA: 'AHLAKTUN NAASA BIDZ DZUNUUBI WAL MA'AASHII WA AHLAKUUNII BI LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAL ISTIGHFAARI, FA LAMMAA RA-AITU DZAALIKA AHKLAKTUHUM BIL HAWAA WA HUM YAHSABUUNA ANNAHUM MUHTADUUNA".
"Hendaklah kamu sekalian membaca "Laa ilaaha illaahu" dan istighfar (Astaghfirullaahal 'adziim) dan perbanyaklah membaca keduanya; karena iblis - semoga baginya tetap mendapat kutukan Allah berkata: 'Aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka, dan mereka menghancurkan aku dengan "Laa ilaaha illaahu" dan 'istighfar'. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.".
(Durrun Mantsur)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

قَالَ اِبْلِيْسُ: يَارَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا اَزَالُ اَغْوِئْ بَنِى آدَمَ مَادَامَتْ اَرْوَاحُهُمْ فِى اَجْسَادِهِمْ، فَقَلَ اللّٰهُ تَعَالٰى: وَعِزَّتِى وَجَلَالِىْ يَامَلْعُوْنٌ لَااَزَالُ اَغْفِرُ لَهُمْ مَااسْتَغْفَرُوْا


"QAALA IBLIISU: "YAA RABBI WA 'IZZATIKA LAA AZAALU AGHWII BANII AADAMA MAA DAAMAT ARWAAHUHUM FII AJSAADIHIM", FA QAALALLAHU TA'AALAA: 'WA 'IZZATII WA JALAALI YAA MAL'UUNUN LAA AZAALU AGHFIRU LAHUM MASTAGHFARUU'.
"Iblis berkata: "Ya Tuhanku, demi keperkasaan Engkau, aku akan selalu menyesatkan anak turun Adam, selama jiwa mereka masih berada dijasad mereka". Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 'Demi keperkasaanKu dan demi kemuliaanKu, hai yang terkutuk, Akupun selalu mengampuni mereka selama mereka minta ampun'.

Atha' bin Khalid berkata: "Saya mendengar bahwa ketika firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala (Wa Man Yaghfirudz Dzunuuba Ilallaahu Walam Yushirru 'Alaa Maa Fa'aluu Wa Hum Ya'lamuuna) = (Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Allah, dan mereka tidak akan terus menerus dalam perbuatannya sedang mereka sama mengetahui), maka berteriaklah iblis terkutuk kepada para bala tentaranya, sehingga debu bertaburan dikepalanya seraya dia mengumpat dengan kata 'celaka'.
Maka berdatanganlah bala tentaranya dari segala penjuru daratan dan laut lalu bertanya: "Mengapa tuan kami?"
Iblis menjawab: "Ada sebuah ayat didalam Al-Qur'an yang dosa tidak akan membahayakan anak turun adam sesudah itu".
Dia menceritakan kepada mereka ; dan terus mereka berkata: "Kita buka bagi mereka (anak turun Adam) pintu-pintu hawa nafsu, maka mereka tidak mau bertaubat dan tidak mau minta ampunan, karena mereka mengira bahwa mereka dijalan yang baik / benar. Iblis menjadi puas.
(Durrun Mantsur)

Anas bin Malik ra. berkata: "Saya mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:


قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى: يَابْنَ آدَمَ اِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ مَكَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِى: يَاابْنَ آدَمَ لَوْبَلَغَتْ ذُنُوْبَكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَر تَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِىْ: يَاابْنَ آدَمَ لَوْ اَتَيْتَنِىْ بِقِرَابِ الْأَرْصِ خَطَا يَا ثُمَّ لَقِيْتَنِى لَاتُشْرِكُ بِى شَيْئًا لَاَتَيْتُكَ بِقِرَابِهَا مَغْفِرَةً

QAALALLAAHU TA'AALAA: "YABNA AADAMA, INNAKA MAA DA'AUTANI WA RAJAUTANII GHAFARTU LAKA MAA KAANA MINKA WA LAA UBAALII: YABNA AADAMA LAU BALAGHAT DZUNUUBUKA 'ANAANAS SAMAA-I TSUMAS TAGHFARTANII GHAFARTU LAKA WA LAA UBAALII; YABNA AADAM LAU ATAITANII BI QIRAABIL ARDHI KHATHAAYAA TSUMMA LAQIITANII LAA TUSYRIKU BII SYAI-AN LA ATAITUKA BI QIRAABIHA MANGFIRATAN.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfiman: "Hai anak turun Adam, sungguh engkau tidak minta kepadaKu dan berharap kepadaKu, Aku sudah mengampuni dosamu dan Aku tidak memperdulikan lagi; hai anak Adam, kalau toh dosamu sebanyak awan dan langit, kemudian engkau minta ampun kepadaKu, maka Akupun mengampuni kamu dan Aku sudah tidak memperdulikan lagi, hai anak turun Adam, kalau toh engkau datang kepadaKu dengan dosa sebesar lengkung bumi kemudian engkau berjumpa padaKu sedang engkau tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku menjumpaimu 
(Hadits Riwayat Tirmidzi)

Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda:

مَنْ لَزِمَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللّٰهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَ جًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ

"MAN LAZIMAL ISTIGHFAARA JA'ALALLAAHU LAHU MIN KULLI DHIIQIN MAKHRAJAN, WA MIN KULLI HAMMIN FARAJAN, WA RAZAQAHU MIN HAITSU LAA YAHTASIBU."
"Barangsiapa mendawamkan istighfar, maka Allah memberikan jalan keluar bagi tiap-tiap kesempitannya, dan kegembiraan bagi tiap-tiap kesusahannya, bahkan Allah memberikan rizqi kepadanya dari arah yang tidak disangkanya."

Dihadits yang lain Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

وَالِلّٰهِ اِنِّى لَاَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ اَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

"WALLAAHI INNII LA ASTAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIHI FIL YAUMI AKTSARA MIM SAB'IINA MARRATAN"
"Demi Allah, sesungguhnya saya mohon ampun kepada Allah, dan bertaubat kepadaNya dalam tiap-tiap hari lebih dari tujuh puluh kali."

Dihadits lainpun Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

يَآ اَيُّهَاالنَّاسُ تُوبُوْا إِلَى اللّٰهِ فَإِنِّى اَتُوْبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ مَائَةَ مَرَّةٍ

"YAA AYYUHAN NAASU TUUBU ILALLAAHI, FA INNI ATUUBU ILAIHI FIL YAUMI MIATA MARRATIN"
"Hai manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya dalam tiap hari seratus kali".

Didalam hadits lain Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءُ، وَخَيْرُ الْخَطَّا ئِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

'KULLU BANII AADAMA KHATHTHAA-UN, WA KHAIRUL KHATHTHAAIINAT TAWWAABUUNA".
"Tiap-tiap bani Adam itu bersalah / berdosa, dan sebaik-baik orang yang bersalah ./ berdosa ialah mereka yang bertaubat."

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas Ra. berkata: "Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda:

هَلَكَ الْمُسَوِّفُوْنَ

"HALAKAL MUSAWWIFUUNA"
"Binasalah orang-orang yang melambat-lambat" (tobat).

Al-musawwif ialah orang yang mengatakan besok saya akan taubat. Maka binasalah dia. Karena dia menetapkan kelanggengan suatu perkara, yang kelanggengannya itu bukan diserahkan kepadanya. Maka mungkin tidak langgeng. Dan kalau sekiranya langgeng maka sesungguhnya sebagaimana dia tidak bisa meninggalkan dosa hari ini, juga dia tidak bisa meninggalkan dosa besok harinya. Karena tidak mampunya dia meninggalkan dosa seketika itu, hanyalah karena nafsu syahwat yang mengalahkan dia. Dan syahwatpun tidak akan menghindarinya besok hari, bahkan akan bertambah-tambah menjadi kuat dengan sebab terbiasanya. Bukanlah syahwat yang diperkuat oleh manusia dengan kebiasaannya itu seperti tidak diperkuat oleh dia sendiri.
Oleh karena itu fikirkanlah hai para ahli majlis pengajian dan orang-orang yang sadar, apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memohon ampun dan bertaubat dan Allah telah mengampuni, dosa-dosanya yang telah lalu dan yang kemudian, maka orang yang keadaannya belum jelas (baiknya) lebih mohon ampun atau tidak?
Bagaimana dia tidak mau bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ditiap-tiap waktu, dan tidak selalu menggerakkan lisannya sibuk berkumat-kamit dengan istighfar, dan bagaimana pula dia tidak ingat kepada Allah Yang menjadi Raja lagi Maha Penganmpun, Yang Maha Penyelamat dari siksa neraka?".
(Haadzaa mulakhkhas min Majelis Abraari.) = (Ini adalah kesimpulan dari majaalisil abraari).




اِذَا اَرَادَاللّٰهُ تَعَالٰى بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِى الدُّنْيَا. وَاِنْ اَرَادَ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ اَمْسَكَ عَلَيْهِ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

IDZAA ARAADALLAAHU TA'AALAA BI 'ABDIHIL KHAIRA, 'AJJALA LAHUL 'UQUUBATA FID DUN-YAA; WA IN ARAADA BI 'ABDIHISY SYARRA AMSAKA 'ALAIHI BIDZANBIHI HATTA YUWAAFIYAHU YAUMAL QIYAAMATI.

"Apabila Allah ta'aalaa menghendaki kebaikan bagi hambanya, maka Dia Allah mendahulukan siksanya didunia dan apabila menghendaki kejahatan / sengsara bagi hambaNya, maka Dia Allah menahan siksa dosanya, sehingga akan ditepatinya besok hari qiyamat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook

Spotify

Youtube Channel