Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad as-Saqqaf al-Husainy al-Hadramy dari marga al-Idrus (1070 H-1113 H) mengatakan dalam kitabnya Iinaasush Shofwah bi Anfaasil Qahwah: Biji kopi baru ditemukan pada akhir abad VIII H di Yaman oleh penemu kopi Mukha, Imam Abul Hasan Aliy asy-Syadziliy bin Umar bin Ibrahim bin Abi Hudaimah Muhammad bin Abdulloh bin al-Faqih Muhammad Disa’in (nasabnya bersambung hingga kepada seorang sahabat bernama Khalid bin Asad bin Abil Ish bin Umayyah al-Akbar bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay).
Beliau adalah pengikut tarekat Syadiliyah, bukan pendirinya (karena pendiri tarekat Syadiliyah, Imam Abu Hasan asy-Syadziliy telah wafat pada tahun 828 H)
Dalam penemuan biji kopi, Imam Abul Hasan mendahului Imam Abu Bakr al-Idrus. Sehingga Imam Abul Hasan Aliy adalah penemu biji kopi sedangkan Imam Abu Bakr al-Idrus adalah penyebar kopi di berbagai tempat.
Dengan pertolongan Allah, kopi menggiatkanku taat beribadah kepada-Nya di kala orang-orang sedang terlelap.
[Qahwah (kopi)], qaf adalah quut (makanan), ha adalah hudaa (petunjuk), wawu adalah wud (cinta), dan ha adalah hiyam (pengusir kantuk).
Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman para junjungan yang mulia.
Syeikh Abu Bakr bin Abdullah al-Idrus berkata tentang kopi yang digemarinya:
Wahai qahwatul bunn (kopi)! Huruf qaf di awalmu adalah quds (kesucian), huruf kedua ha adalah hudaa (petunjuk), dan huruf ketigamu adalah wawu.
Huruf keempatmu adalah ha, berikutnya alif adalah ulfah (keakraban), lam sesudahnya adalah lutfh (belas kasih dari Allah).
Suatu ketika
"As-Sayyid Ahmad bin Ali Bahr al-Qadimi jumpa dengan Nabi Muhammad SAW. dalam keadaan terjaga"
Ia berkata kepada Nabi SAW.: “Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar hadits darimu tanpa perantara.”
Nabi Muhammad SAW. kemudian bersabda: “Aku akan
memberimu 3 hadits;
1. Selama bau biji kopi ini masih tercium aromanya
di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat
akan beristighfar (memintakan ampun) untukmu.
2. Barangsiapa yang menyimpan tasbih untuk
digunakan berdzikir maka Allah akan mencatatnya
sebagai orang yang banyak berdzikir, baik ia gunakan
tasbihnya atau tidak.
3. Barangsiapa yang duduk bersama waliyullah
yang hidup atau yang sudah wafat maka pahalanya
sama saja dengan ia menyembah Allah di seluruh
penjuru bumi.”