"Guru Saya Habib Abdul Qadir Bin Ahmad Al-Saqqaf menceritakan, "Ketika usia beliau masih sangat muda (belum baliq) beliau pergi untuk melihat pertandingan sepak bola, dan pulangnya dia terlambat untuk sholat maghrib. Jadi beliau sholat di masjid lain "
Ayahnya adalah Imam masjid Tahir, beliau sedang sakit dan pada saat itu Habib Abdul Qadir berpikir bahwa ayahnya akan sholat maghrib di rumah.
Ayahnya bertanya," di mana kau sholat maghrib ?" . Dia menjawab, "Masjid Tahir". Ayahnya kemudian bertanya,"Siapa Imamnya ?", Dia menyebut nama seorang mu'allim [ guru yang biasa memimpin sholat, ketika Habib Ahmad (ayahnya) berhalangan ]". Anda mengatakan mu'allim memimpin sholat?"
Ayahnya kemudian membawanya ke rumah mu'allim. Sang Ayah bertanya pada mu'allim,"Siapa yang memimpin shalat maghrib tadi ?"
Muallim berkata: Anda yang melakukannya, Ya Imam Ahmad. "
Ayahnya berkata kepada Habib AbdulQadir," kau dengar itu Ya Abdul Qadir?',
Kami pulang bersama, dan tak sekalipun beliau pernah mengatakan bahwa saya telah berbohong, dia hanya mengatakan, takutlah pada Allah wahai anakku, kalau ayahmu yang lemah dan sakit sakitan ini bisa membuktikan suatu kebenaran, bagaimana dengan Yang Maha Melihat?..
Peristiwa itu terus ada dibenak saya.. meski ayah tak pernah menyebutnya lagi sekalipun.. Dan Semenjak saat itu sepahit apapun sebuah kebenaran, Tak pernah lagi saya memelintirnya."