Di tanah Banjar sendiri ada banyak ulama-ulama yang semasa mudanya menjadi panutan, dan pembimbing masyarakat untuk mencapai kemerdekaan hingga turut dalam pemulihan keamanan.
KH Abdul Qodir Hasan, dia berperan besar dalam dakwah dan persatuan Indonesia khususnya di Kabupaten Banjar.
Di masa penjajahan Jepang, tentara Jepang masuk ke Martapura dan menduduki
Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Kedatangan pasukan Jepang ini tidak hanya sekedar menduduki wilayah Martapura, namun pusat-pusat pendidikan seperti Pondok Pesantren Darussalam juga tidak luput dari incaran Jepang.
Dimasa itu Ponpes Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, hingga kegiatan
belajar terganggu bahkan hampir lumpuh.
Saat itu Ponpes tertua di Martapura itu dipimpin KH Abdul Qodir Hasan. Meski dalam kondisi diduduki Jepang, dia tidak ingin pendidikan terhenti, sehingga pendidikan tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqamah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura tahun 1945.
Selain itu dia juga berperan saat dalam kemerdekaan, sekitar 1948, beliau sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air.
Diawal kemerdekaan RI beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama dengan almarhum KH Zainal Ilmi, Dalam Pagar, Martapura.
KH Abdul Qodir Hasan dilahirkan pada 1891 di Kampung Tunggul Irang, Martapura. Dia dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam dan seringkali dipanggil dengan sebutan Guru Tuha.
Beliau mengaji atau belajar ilmu agama pada ulama-ulama besar seperti KH Abd Rahman, Tunggul Irang dan KH Kasyful Anwar.
Selain itu dia juga mengaji keluar daerah di pulau Madura dengan KH Kholil Bangkalan, dan
di pulau Jawa dengan KH Hasyim Asy’ari Tebu Ireng Jombang (Pendiri Nahdatul Ulama), dan sempat pula belajar di kota Makkah Al Mukarramah.
KH Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH Hasyim Asy’ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang Nahdlatul Ulama (NU) pertama diluar pulau Jawa
yakni di kota Martapura setelah mengikuti Muktamar NU pertama tanggal 21 Oktober 1926 di Surabaya.
Dari kota Martapura inilah dia mendirikan dan melantik cabang-cabang organisasi NU di beberapa wilayah di pulau Kalimantan sebagai rais syuriah pada masa itu.
Sejak pimpinan KH Kasyful Anwar sampai pimpinan KH Abdul Qodir Hasan, tidak sedikit guru pengajar di Darussalam yang ditugaskan mengajar agama Islam keluar daerah seperti Sampit, Pontianak, Kotawaringin, Kotabaru, Purukcahu, dan daerah luar Kalsel lainnya.
KH Abdul Qodir Hasan meninggal dunia pada 11 Rajab 1398 H bertepatan pada 17 Juni
1978 M. Di makamkan di Kubah jalan Masjid Agung Al Karomah Pasayangan,Martapura.