Qashidah “Natawassal bil Hubabah” ini bagai membawaku kembali seribu empat ratus tahun lalu. Berbagai riwayat yang telah kupelajari mengenai kemuliaan sosok istri Rasul yang dipuja-puji oleh qashidah ini seperti tampak langsung di depan mata. Ya, istri Rasulullah tercinta. Cinta pertama sang Rasul yang tak pernah padam dan tergantikan dengan yang lain. Dialah Sayyidah Khadijah Al-Kubra binti Khuwailid. Istri pertama sang Rasul.
Teringat satu riwayat yang disampaikan oleh salah seorang guru kami bahwasanya Rasulullah ﷺ senantiasa menyebut nama “Khadijah” setiap keluar rumah. Sampai-sampai membuat Sayyidah Aisyah terbakar api cemburu hingga beliau berkata kepada Rasulullah ﷺ dalam bahasa kiasan “bukankah Allah telah menggantikan untukmu kebun yang hijau lagi indah, mengapa kamu masih memikirkan kebun kering yang sudah binasa!?”. Kiasan bahwa beliau masih muda ketika dinikahi oleh Rasulullah ﷺ dan masih hidup. Berbeda dengan Sayyidah Khadijah yang sudah janda ketika dinikahi dan sekarang pun telah wafat.
Seketika Rasulullah ﷺ terlihat marah sampai-sampai (kata Sayyidah Aisyah) nampak rambut beliau bergetar menahan marah.
Rasulullah ﷺ pun menjawab dengan bahasa tegas dan lugas “Tidak! Demi Allah tidak ada ganti yang lebih baik daripadanya. Dia beriman ketika semua ingkar. Ia membenarkanku kala semua orang mendustakanku. Ia mencurahkan hartanya ketika orang lain tidak. Darinya Allah mengaruniakan aku anak dan perempuan lain tidak”. Kata-kata tersebut membuat Sayyidah Aisyah paham betapa tingginya kedudukan Sayyidah Khadijah dan begitu besar cinta Rasulullah ﷺ padanya. Cinta yang tak tergerus oleh masa walau telah ditinggal bertahun-tahun.
Memang, Sayyidah Khadijah meninggal dunia mendahului Rasulullah ﷺ tanggal 10 Ramadlan tahun kesepuluh kenabian diusia 65 tahun. Beliau memberikan lima buah hati bagi Rasulullah ﷺ. Kepergian beliau membuat Rasulullah ﷺ begitu bersedih, hingga ulama sejarah menamakan tahun itu sebagai ‘amul huzn (tahun kesedihan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar