Mencegah Perang Adalah Syariat Rasulullah


Sewaktu perjanjian Hudaibiyah, kaum muslimin menyepakati syarat-syarat penting dengan kaum musyrikin. Pada awalnya, dalam perjanjian tersebut dibuat atas nama Muhammad Rasulullah bin Abdullah, namun orang musyrik waktu itu keberatan jika dipakai nama Rasululllah. Sebab, jikalau mereka percaya bahwa Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah) pasti mereka akan sejalan dengan Baginda. Sementara itu, di sinilah letak perbedaan mendasar antara orang Islam dan orang musyrik pada waktu itu. Mereka mengatakan kepada Nabi Muhammad, “Kami tidak beriman bahwa Engkau adalah utusan Allah.” Sehingga mereka meminta agar kata Rasulullah itu dihapuskan dalam perjanjian tersebut.

Pada waktu itu, umat Islam keberatan menghapus kata “Rasulullah” tersebut kerana kata itu adalah suatu kata yang Haq dan harus diimani. Namun akhirnya, Rasulullah sendiri yang menghapus kata itu dari perjanjian tersebut.

Kemudian, kaum musyrikin meminta agar kata “Ar-Rahman dan Ar-Rahim” juga dihapuskan. Lalu Rasulullah juga menghapus kata tersebut.

Kenapa Rasululllah ﷺ menghapusnya sementara itu adalah sebuah kebenaran? Kenapa Rasulullah mengalah dari kebenaran?

Rasulullah mengapus kata tersebut dan mengalah karena Baginda ingin agar tidak terjadi pertumpahan darah. Padahal, umat Islam pada waktu itu memiliki tentara yang kuat untuk mempertahankan kebenaran tersebut. Tapi Rasul tidak menginginkan darah tertumpah sehingga menjaga maslahat yang lebih utama pada waktu itu.

Dari sini bisa kita lihat bahwa peperangan bukanlah sesuatu yang disukai Rasulullah. Maka hal apapun yang boleh dilakukan untuk menahan agar tidak terjadi pertumpahan darah maka hal itu adalah tuntutan dalam syariat.

Setelah peristiwa ini, Allah berfirman,

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا

Sungguh, Kami telah memberikan padamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fath: 1).

Seolah-olah dalam hal ini Allah ingin mengatakan bahwa apa yang diperbuat Rasul (menghapus kata Rasulullah, Ar-Rahman, dan Ar-Rahim) merupakan sesuatu yang mengandung kebenaran. Sebab Rasulullah melihat dengan pandangan jauh ke depan dan menjaga agar kelangsungan hidup manusia tetap terjaga.

-Prof. Dr. As Syaikh Syauqi Ibrahim ‘Allam, Grand Mufti Mesir

Facebook

Spotify

Youtube Channel